SELAMAT DATANG DI RIDWANMUNAWARCRUZER.BLOGSPOT.COM

Jumat, 15 April 2011

Rekayasa Perangkat Lunak


BAGIAN I

1.      Definisi RPL, P/L, proses pengembangan P/L, dan metodologi pengembangan P/L
-          RPL
Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara pengembangan perangkat lunak termasuk pembuatan, pemeliharaan, manajemen organisasi pengembanganan perangkat lunak dan manajemen kualitas.
-          P/L
P/L adalah seluruh perintah yang digunakan untuk memproses informasi dan perangkat lunak dapat berupa program atau prosedur Program adalah kumpulan perintah yang dimengerti oleh komputer sedangkan Prosedur adalah perintah yang dibutuhkan oleh pengguna dalam memproses informasi
-          Proses  Pengembangan P/L
Proses pengembangan perangkat lunak adalah suatu proses dimana kebutuhan pemakai diterjemahkan menjadi produk perangkat lunak. Proses ini mencakup aktivitas penerjemahan kebutuhan pemakai menjadi kebutuhan perangkat lunak, transformasi kebutuhan perangkat lunak menjadi desain, penerapan desain menjadi kode program, uji coba kode program, dan instalasi serta pemeriksaan kebenaran perangkat lunak untuk operasional (IEEE. 1990). Berdasarkan pengertian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa proses pengembangan perangkat lunak mengikuti tahap-tahap :
1.         Menentukan APA yang harus dikerjakan oleh perangkat lunak dalam satu rentang        waktu tertentu.
2.         Mendefinisikan BAGAIMANA perangkat lunak dibuat, mencakup arsitektur      perangkat lunaknya, antar muka internal, algoritma, dan sebagainya.
3.         Penerapan (penulisan program) dan pengujian unit-unit program.
4.         Integrasi dan pengujian modul-modul program.
5.         Validasi perangkat lunak secara keseluruhan (pengujian sistem).

-          Metodologi Pengembangan P/L
Metodologi pengembangan perangkat lunak adalah suatu proses pengorganisasian kumpulan metode dan konvensi notasi yang telah didefinisikan untuk mengembangkan perangkat lunak. Secara prinsip bertujuan untuk membantu menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas. Penggunaan suatu metodologi sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan dan memenuhi kebutuhan pengguna akan menghasilkan suatu produk perekayasaan yang berkualitas dan terpelihara serta dapat menghindari masalah-masalah yang sering terjadi seperti estimasi penjadwalan dan biaya, perangkat lunak yang tidak sesuai dengan keinginan pengguna dan sebagainya.
Metodologi pengembangan perangkat lunak (atau disebut juga model proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak) adalah suatu strategi pengembangan yang memadukan proses, metode, dan perangkat (tools). 
Metodologi pengembangan perangkat lunak atau metodologi pengembangan sistem adalah suatu kerangka kerja yang digunakan untuk menstrukturkan, merencanakan, dan mengendalikan proses pengembangan suatu sistem informasi. Banyak ragam kerangka kerja yang telah dikembangkan selama ini, yang masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri.
Beberapa contoh metodologi pengembangan perangkat lunak yang tersedia di antaranya adalah waterfall, prototyping, incremental, spiral, OOD dan RAD

2.      Perbedaan P/L dengan Program
Seluruh perintah yang digunakan untuk memproses informasi Perangkat lunak dapat berupa program atau prosedur sedangkan program adalah bagian dari P/L, Program komputer (sering kali disebut sebagai program saja) kumpulan perintah yang dimengerti oleh komputer dan merupakan suatu aplikasi yang dibuat dengan menggunakan bahasa program tertentu dan telah ter-install di dalam komputer. Program komputer merupakan contoh perangkat lunak komputer yang menuliskan aksi komputasi yang akan dijalankan oleh komputer. Komputasi ini biasanya dilaksanakan berdasarkan suatu algoritma atau urutan perintah tertentu.Urutan perintah (atau algoritma)merupakan suatu perangkat yang sudah termasuk dalam program komputer tersebut. Tanpa algoritma tersebut,program komputer tak dapat berjalan dengan baik.

3.      Mengapa P/L Harus Direkayasa Dengan Baik
-          Untuk memudahkan dalam hal maintenance
-          Supaya sesuai dengan kebutuhan
-          Agar efisien waktu, biaya dan tenaga
-          Memiliki interface yang dimengerti semua orang (user Friendly)

BAGIAN II

Terdapat banyak metodologi dalam rekayasa perangkat lunak. Dengan menggunakan salah satu metodologi yang anda pahami (baik yang tradisional maupun modern/menggunakan pendekatan objek oriented) tuliskan tahapan-tahapan dari metodologi yang anda gunakan, tool untuk pemodelan beserta hasilnya (berupa proposal untuk tugas besar RPL).

1.      Metodologi
Dari berbagai metodologi yang terdapat pada konsep pengembangan sistem berorientasi objek, salah satunya yaitu metodologi Unified Approach (UA).
Metodologi Unified Approach (UA) didasarkan pada metodologi Booch, Rumbaugh dan Jacobson yang tergabung dalam Object Management Group (OMG). Adapun notasi yang digunakan pada metodologi ini adalah dengan menggunakan Unified Modeling Laguage (UML). UML adalah sebuah bahasa pemodelan standar dalam hal mem-visualisasikan, merancang dan mendokumentasikan sistem perangkat lunak dan komponen-komponennya yang digunakan pada metodologi berorientasi objek.
-          Tahapan metodologi UA :
a.       Identifikasi aktor
b.      Pengembangan diagram aktifitas dan diagram use case
c.       Mengembangakan diagram interaksi
d.      Identifikasi kelas
e.       Membuat klasifikasi menggunakan class diagrams berdasarkan use case diagrams dan interaction diagrams dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Mengidentifikasi class
2.        Mengidentifikasi relationalships
3.        Mengidentifikasi attributes
4.        Mengidentifikasi methods


b.      Tool Untuk Pemodelan :
Unified Modeling Language merupakan sebuah notasi grafis standar untuk menggambarkan system berorientasi objek yang merupakan hasil kerjasama dari Grady Booch, James Rumbaugh dan Ivas Jacobson. Berikut merupakan pengertian UML menurut salah satu sumber sebagai berikut :

Unified Modeling Language (ULM) adalah sebuah bahasa untuk menetapkan, memvisualisasikan, membangun, dan mendekumentasikan system perangkat lunak dan komponen-komponen “, [Bahrami, 1999]

Berdasarkan pengertian diatas UML merupakan sebuah bahasa pemodelan suatu system berdasarkan grafik atau gambar untuk menspesifikasikan, membanguan, menvisualisasikan dan mendokumentasikan suatu system perangkat lunak berorientasi objek UML memberikan standar penulisan sebuah system yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas, skema data base, dan komponen yang diperlukan dalam system perangkat lunak

PROPOSAL KERJA PRAKTEK
“ANALISIS SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN KARTU KUNING PADA DINAS TENAGA KERJA, SOSIAL DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GARUT BERORIENTASI OBJEK DENGAN UNIFIED APPROACH”

1.      Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi kini semakin cepat memasuki berbagai bidang, sehingga banyak instansi yang berusaha meningkatkan dan mengefisiensikan pekerjaannya dengan menggunakan aplikasi teknologi informasi tidak terkecuali instansi pemerintahan. Dengan adanya produk dari teknologi informasi, beberapa kegiatan pemerintahan yang mulanya bersifat kompleks dan memerlukan waktu banyak dapat menjadi lebih cepat dan akurat terutama dalam pengolahan dan penyampaian informasi yang diperlukan oleh instansi pemerintah yang berkaitan.
Dalam sebuah Instansi pemerintah pasti memiliki sistem informasi. Namun dalam pengelolaan dan pengolahannya ada yang masih berbasis manual atau yang sudah terkomputerisasi dimana pengolahan baik dalam perhitungan, penyimpulan, pengumpulan dan proses lain sudah terotomatisasi oleh sistem basisdata yang kompleks. Sehingga campur tangan manusia dalam sistem informasi tertentu biasanya hanya melakukan pengentrian data baik melalui sebuah keyboard atau papan ketik pada komputer atau alat input data lain dan hanya melakukan kegiatan pencetakan informasi atau output informasi melalui perantara seperti kertas atau melihat secara online pada internet.
DISNAKERTRANSOS (Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi) adalah salah satu dinas yang ada dipemerintahan Kab.Garut yang memiliki tugas pokok melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang Tenaga Kerja, Sosial, dan Transmigrasi. Dan dinas ini, merupakan salah satu dinas yang dalam aktifitasnya sudah menerapkan kecanggihan dari teknologi informasi yang sudah berbasiskan komputer, baik berupa produk sistem informasi secara online maupun offline. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa pelayanan. Dengan adanya teknologi ini, kinerja di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut meningkat yang ditunjukan oleh pelayanan informasi dan transaksi terhadap masyarakat yang lebih baik.
Salah satu layanan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut, yang sistem informasinya sudah terkomputerisasi adalah pelayanan pendaftaran kartu kuning, kepada masyarakat yang sedang mencari pekerjaan. Terutama pada sub bagian tenaga kerja yang mengelola semua data masyarakat yang membutuhkan kartu kuning untuk mencari kerja. Dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja melakukan pengolahan data atau manipulasi data secara terkomputerisasi dengan menggunakan teknologi informasi yang ada, Namun hasil dari kartu kuning dicatat secara manual oleh petugas. Dengan adanya teknologi informasi, diharapkan kebutuhan para pencari kerja dapat terpenuhi terutama dalam hal pembuatan kartu kuning dengan mudah dan efisien.
Dalam menganalisis perangkat lunak atau sistem informasi diperlukan suatu pendekatan yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, salah satunya adalah pendekatan berorientasi objek. Pendekatan ini merupakan suatu teknik yang memusatkan rancangan pada objek dan antar muka yang dihasilkan. Objek adalah entity yang berisi data atau variabel dan tingkah laku. Data atau variabel yang menggambarkan sifat atau keadaan objek dalam dunia nyata (real world) didefinisikan sebagai attribute, sedangkan tingkah laku yang menggambarkan aksi-aksi yang dimiliki objek didefinisikan sebagai method.
Kenyataannya, perancangan berorientasi objek sama seperti pendekatan lainnya memerlukan suatu pemodelan untuk menggambarkan sistem yang sedang ditinjau secara keseluruhan. Sistem yang besar dan relatif komplek memerlukan suatu teknik pemodelan dan visualisasi yang baik. Terdapat beberapa faktor berhasilnya suatu perancangan dan pengembangan sistem, salah satu faktor yang sangat penting adalah pemakaian bahasa pemodelan yang tepat.
Metode analisis yang berorientasi objek diantaranya Unified Approach (UA)  dari Ali Bahrami (1999). Unified Approach (UA) adalah suatu metodologi pengembangan sistem berbasis objek yang menggabungkan proses dan metodologi yang telah ada sebelumnya dan menggunakan Unified Modelling Languge (UML) sebagai standar pemodelannya. Proses dan tahapan yang ada dalam Unified Approach (UA) merupakan proses-proses  terbaik yang diambil dari metode objek yang telah diperkenalkan oleh Booch, Rumbaugh, dan Jacobson. Tahap Analisis dalam Unified Approach (UA) ditujukan untuk mengidentifikasi kelas-kelas yang terdapat dalam sistem.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk menggunakan Unified Modeling Language (UML) dalam menganalisis  sistem yang berorientasi objek ke dalam penelitian kerja praktek yang dilakukan di Dinas Tenaga Kerja, Sosial Dan Transmigrasi Kabupaten Garut. Berdasarkan hal tersebut diatas, dalam laporan kerja praktek ini penulis mengambil judul “ANALISIS SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN KARTU KUNING PADA DINAS TENAGA KERJA, SOSIAL DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN GARUT BERORIENTASI OBJEK DENGAN UNIFIED APPROACH”.

2.      Identifikasi Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam kerja praktek ini adalah :
  1. Apakah Sistem Informasi Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut telah dapat mengakomodasi kebutuhan petugas dalam bidang administrasi.
  2. Apakah Sistem Informasi Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut telah dapat mengakomodasi kebutuhan para pencari kerja dalam pembuatan kartu kuning.

3.      Perumusan Masalah

a.       Penentuan aktor yang terlibat pada sistem?
b.      Menentukan kelemahan dari sistem?
c.       Mengetahui bisnis proses sistem ?
 
4.      Tujuan Penelitian
Melalui kegiatan analisis, maka tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Sistem Informasi Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut dapat mengakomodasi kebutuhan dari pengguna sistem informasi tersebut.

5.      Batasan Penelitian
Adapun batasan masalah dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a.       Mempelajari Sistem Informasi Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut.
b.      Menganalisis proses-proses yang terlibat dalam Sistem Informasi Pembuatan Kartu Kuning di Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut.
c.       Penggunaan metode analisis menggunakan Unified Approach (UA)  dari Ali Bahrami (1999) yang dibatasi pada tahap analisisnya saja.

6.      Kerangka Pemikiran
a.     Studi Pendahuluan, teknik dalam meninjau suatu objek kerja praktek
b.    Studi Kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa beberapa referensi buku pengumpulan data dengan cara mempelajari beberapa dokumen, literatur, atau file-file yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian ini.
c.     Analisis, yaitu proses pengumpulan data dan menganalisis sistem yang berjalan dengan menggunakan Unified Approach.
d.    Evaluasi, yaitu proses mengetahui sistem informasi objek kerja praktek berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah kita dapat selama perkuliahan.
e.     Kesimpulan, yaitu menjelaskan tentang usulan hasil akhir dari kerja praktek yang telah dilakukan dan bisa diterapkan pada instansi yang bersangkutan.

Metode Analisis :
Object Oriented, dengan metode Unified Approach (UA).

START
Studi Pendahuluan

Studi Kepustakaan
Evaluasi
Analisis
Kesimpulan
END
 
 Gambar 1 : Flowchart Kerangka Pemikiran
7.      Landasan Teori
Sistem informasi merupakan proses pengumpulan data yang terorganisasi beserta tatacara penggunaanya yang mencakup lebih jauh daripada sekedar penyajian. Istilah tersebut mengisyaratkan suatu maksud yang ingin dicapai dengan cara memilih dan mengatur data serta menyusun bagaimana cara penggunaanya. Keberhasilan suatu sistem informasi dapat diukur berdasarkan maksud pembuatannya tentu bergantung pada tiga faktor utama yaitu keserasian dan mutu data, pengorganisasian data dan tata cara penggunaanya (Cook, 1997)
8.      Metodologi Penelitian
8.1    Metode  Pengumpulan Data :    
a.    Wawancara
Melakukan tanya jawab secara langsung kepada pegawai Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut.
b.    Studi Kepustakaan
Mempelajari dan menganalisa beberapa referensi buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian.
c.    Studi Dokumentasi
Mempelajari beberapa dokumen, literatur, atau file-file yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
d.   Observasi
Mengamati kinerja Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Garut, mempelajari bagaimana proses sistem informasi data yang sedang berjalan, sehingga peneliti bisa mengetahui sejauh mana kelancaran kinerja yang ada dan dapat mengetahui informasi-informasi apa saja yang dihasilkan dan informasi apa yang akan diidentifikasi.   

8.2    Metode Analisis:  
Metode analisis yang akan digunakan yaitu pendekatan berorientasi objek dengan Unified Approach (UA)  dari Ali Bahrami (1999). UA adalah suatu metodologi pengembangan sistem berbasis objek yang menggabungkan proses dan metodologi yang telah ada sebelumnya dan menggunakan UML sebagai standar pemodelannya. Proses dan tahapan yang ada dalam UA merupakan proses-proses  terbaik yang diambil dari metode objek yang telah diperkenalkan oleh Booch, Rumbaugh, dan Jacobson.  Tahap Analisis dalam UA ditujukan untuk mengidentifikasi kelas-kelas yang terdapat dalam sistem.
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada metodologi UA dari Ali Bahrami (1999) adalah sebagai berikut:
 
Gambar Tahap Analisis UA
Keterangan:
·      Identifikasi Aktor
Tahap menganalisis aktor yang akan berinteraksi dengan sistem.
·      Pengembangan  Diagram Use Case dan Diagram Aktifitas
Tahap yang menggambarkan alur kerja sistem dalam diagram aktifitas dan menggambarkan interaksi antara user dengan sistem dalam diagram use case
·         Pengembangan Diagram Interaksi
Diagram interaksi yang digunakan adalah sequence diagram, dalam diagram ini digambarkan interaksi antar objek dalam sistem melalui pesan yang dikirimkan dari objek yang satu ke objek yang lain.
·      Identifikasi Kelas-kelas, relasi, atribut dan method
Proses mengidentifikasi kelas, relasi, atribut dan method dalam sistem berdasarkan proses sebelumnya.
·      Pemeriksaan terhadap tahap sebelumnya.
Proses pemeriksaan terhadap hasil akhir tahap analisis. Bila terdapat kesalahan maka  kembali ke tahap awal analisis bila hasilnya benar maka tahap analisis selesai.

DAFTAR PUSTAKA

      Rochim, Taufiq, (2002). Sistem Informasi. Bandung: ITB.
Fowler, Martin, (2005). UML Distilled 3th Ed. Panduan singkat Bahasa Pemodelan Objek Standar. Yogyakarta : ANDI.
Hermawan, Julius, (2004). Analisa-Desain dan Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan Visual Basic.Net. Yogyakarta : ANDI
            Jogiyanto, HM. (2005). Analisis dan Desain. Yogyakarta: Andi Offset.
      Nugroho, Adi, (2005). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.
      Bahrami, Ali, (1999). Object Oriented Systems Development. Singapore: McGraw-Hill.






.

Selasa, 12 April 2011

Jarkom


Teknik Subnetting

1.      Pengertian
      Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (subnetwork)
Subnet Mask merupakan angka biner 32 bit yang digunakan untuk:
ü  Membedakan antara network ID dengan host ID.
ü  Menunjukkan letak suatu host, apakah host tersebut berada pada jaringan luar atau jaringan lokal.
Tujuan dalam melakukan subnetting ini adalah:
ü  Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
ü  Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
ü  Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
ü  Penggunaan IP Address yang lebih efisien.
Ada dua pendekatan dalam melakukan pembentukan subnet, yaitu:
ü  Berdasarkan jumlah jaringan yang akan dibentuk.
ü  Berdasarkan jumlah host yang dibentuk dalam jaringan.
Kedua-duanya akan dipakai untuk menentukan efisiensi penomoran IP dalam suatu lingkungan jaringan. Pada subnet mask seluruh bit yang berhubungan dengan host ID diset 0. Sedangkan bit yang berhubungan dengan network ID diset 1.Untuk menentukan suatu host berada pada jaringan luar atau pada jaringan lokal, kita dapat melakukan operasi AND antara subnet mask dengan IP Address asal dan IP Address tujuan, serta membandingkan hasilnya sehingga dapat diketahui ke mana arah tujuan dari paket IP tersebut. Jika kedua hasil operasi tersebut sama, maka host tujuan terletak di jaringan lokal dan paket IP dikirim langsung ke host tujuan. Jika hasilnya berbeda, maka host terletak di luar jaringan lokal, sehingga paket IP dikirim ke default router.

2.       Perhitungan Subnetting
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24,  ini berarti?  bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. 24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diikuti dengan binary 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0).
Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Kelas C
Network Address 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
 Seperti sudah disebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255

Kelas B
Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet : 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
Host Pertama : 172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host Terakhir : 172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast : 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16..255.255

Kelas A
Contoh network address : 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4,
Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet : 10.0.0.0 10.1.0.0 … 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama : 10.0.0.1 10.1.0.1 … 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir : 10.0.255.254 10.1.255.254 … 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast : 10.0.255.255 10.1.255.255 … 10.254.255.255 10.255.255.255

Keterangan gambar
         Jaringan dengan satu alamat kelas B tetapi memiliki lebih dari satu jaringan fisik
         Hanya router lokal (R1) yang mengetahui adanya beberapa jaringan fisik
         Router yang berada di Internet (in the rest of Internet) merutekan seluruh trafik ke jaringan di atas seolah-olah jaringan tersebut hanya terdiri dari satu buah jaringan